Mengenal Sifat Udang Windu dan Vanamei

Thursday, April 16, 2009

Mengenal Sifat Udang Windu dan Vanamei

1 comments

Dalam budidaya udang windu dan vanamei kita sejogyanya juga mengenal sifat-sifat (fisiologi) dari udang windu dan vanamei tersebut. Berikut dismpaikan beberapa sifat udang windu (Fisiologi Udang Windu-Penaeus monodon) yang perlu diketahui antara lain : Nocturnal yaitu secara alami udang merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari untuk mencari makan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka bersembunyi di dalam substrat atau lumpur. Namun di tambak budidaya dapat dilakukan feeding dengan frekuensi yang lebih banyak untuk memacu pertumbuhannya. Kanibalisme, Udang windu suka menyerang sesamanya, udang sehat akan menyerang udang yang lemah terutama pada saat molting atau udang sakit. Sifat kanibal akan muncul terutama bila udang tersebut dalam keadaan kurang pakan dan padat tebar tinggi.

Sifat berikutnya dari udang windu adalah berupa, Pakan dan kebiasaan makan (Feeding behaviour), Udang windu hidup dan mencari makan di dasar perairan (benthic). Udang windu merupakan hewan pemakan lambat dan terus-menerus dan digolongkan ke dalam hewan pemakan segala macam bangkai (omnivorous scavenger) atau pemakan detritus dan karnivora yang memakan krustacea kecil, amphipoda dan polychaeta.

Molting, Udang windu melakukan ganti kulit (molting) secara berkala. Frekuensi molting menurun seiring dengan makin besarnya ukuran udang. Pada stadium larva terjadi molting setiap 30-40 jam pada suhu 280 C. Sedangkan juvenile dengan ABW 1-5 gram mengalami molting setiap 4-6 hari, selanjutnya pada ABW 15 gram periode molting terjadi sekitar 2 minggu sekali. Kondisi lingkungan dan makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi frekuensi molting. Sebagai contoh, suhu yang tinggi dapat meningkatkan frekuensi molting. Penyerapan oksigen oleh udang kurang efisien selam molting, akibatnya selama proses ini beberapa udang mengalami kematian akibat hypoxia atau kekurangan oksigen dalam tubuh. Ammonothelic, Amonia dalam tubuh udang windu dikeluarkan lewat insang.

Untuk jenis Udang Putih (Litopenaeus vannamei) dapat disampaikan bahwa Semula digolongkan kedalam hewan pemakan segala macam bangkai (omnivorous scavenger) atau pemakan detritus. Dari hasil penelitian terhadap usus udang menunjukkan bahwa udang ini adalah karnivora yang memakan krustacea kecil, amphipoda dan polychaeta.

Secara alami L. vannamei merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari untuk mencari makan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka bersembunyi di dalam substrat atau lumpur. Namun di tambak budidaya dapat dilakukan feeding dengan frekuensi yang lebih banyak untuk memacu pertumbuhannya.

L. vannamei membutuhkan makanan dengan kandungan protein sekitar 35%, lebih kecil jika dibandingkan udang-udang Asia seperti Penaeus monodon dan Penaeus japonicus yang membutuhkan pakan dengan kandungan protein hingga 45%. Dan ini akan berpengaruh terhadap harga pakan dan biaya produksi. Pertumbuhan dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu : frekuensi molting (waktu antar molting) dan kenaikan angka pertumbuhan (Angka pertumbuhan setiap kali molting).

Kondisi lingkungan dan makanan merupakan factor utama yang mempengaruhi frekuensi molting. Sebagai contoh, suhu yang tinggi dapat meningkatkan frekuensi molting. Penyerapan oksigen oleh udang kurang efisien selam molting, akibatnya selama proses ini beberapa udang mengalami kematian akibat hypoxia atau kekurangan oksigen dalam tubuh. Sering juga secara nyata molting merupakan proses yang mencerminkan tingkat stres pada udang, sehingga para aquaculturist dituntut untuk tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi (khususnya penurunan) pada frekuensi molting.

Selama proses molting berlangsung, terjadi terjadi pemecahan kutikula antara karapas dengan intercalary sclerite, dimana pada bagian cephalothorax dan anterior appendages tertarik atau meregang. Karapas baru, yang tumbuh pada saat pertama setelah molting sangat lunak dan makin lama makin mengeras menyesuaikan ukuran tubuh udang.

Frekuensi molting pada L. vannamei menurun seiring dengan makin besarnya ukuran udang. Pada stadium larva terjadi molting setiap 30-40 jam pada suhu 280 C. Sedangkan juvenile dengan ABW 1-5 gram mengalami molting setiap 4-6 hari, selanjutnya pada ABW 15 gram periode molting terjadi sekitar 2 minggu sekali.

Dengan mengenal sifat udang windu dan vanamei, maka diharapkan kita selaku pelaku dalam budidaya udang windu dan vanamei ini dapat memaksimalkan produksi. Semoga



Baca Kategori Yang Sama :

Comments

1 comments to "Mengenal Sifat Udang Windu dan Vanamei"

FreeCardSpecial said...
May 4, 2009 at 2:56 AM

bagus banget materinya, kebetulan saya lagi butuh materi ini
terima kasih banyak

Post a Comment

 

Copyright 2008 All Rights Reserved